Jika punya anak yang baru mau masuk sekolah, mungkin sejak beberapa bulan lalu kita sudah sibuk mencari-cari sekolah untuknya. Ya, setiap orangtua tentu ingin menyekolahkan anak di tempat terbaik, ibaratnya sampai rela ke sana-ke mari untuk mencari informasi.
Enggak jarang meskipun sudah memiliki banyak informasi, orang tua masih merasa dilema harus memilih sekolah yang mana.
1. Tujuan Orang Tua
Hal yang paling dasar, ketahui dulu tujuan kita menyekolahkan anak. Setiap orang tua bisa memiliki tujuan berbeda, terlebih kini kurikulum yang ada di Indonesia pun semakin beragam. Karena sekolah itu berkesinambungan dari TK sampai SMA, jadi yang harus orang tua tahu terlebih dahulu sebenarnya tujuan pendidikannya buat anak apa?
Bila ingin anak kuat di bidang agama, maka bisa mencari sekolah yang berbasis yayasan, misalnya. Atau bila ingin si kecil sekolah di tempat yang kuat secara akademik, seperti menghafal dan berhitung, maka sekolah-sekolah unggulan hingga sekolah yang menerapkan kurikulum Cambridge bisa jadi pilihan.
Berbeda lagi jika kita ingin anak fokus kepada pengembangan karakter, lebih banyak praktik daripada teori, maka sekolah dengan kurikulum International Baccalaureate (IB) bisa jadi pilihannya.
Tentu saja ini semua ini kembali kepada tujuan pendidikan yang Anda inginkan.
2. Minat dan Cara Belajar Anak
Selanjutnya, yang bisa dijadikan pertimbangan saat memilih sekolah untuk anak adalah memerhatikan minat, bakat, dan juga cara belajar anak. Jika diibaratkan, anak dan sekolah bagaikan tanah dan benih, sehingga jika ada salah satu saja yang tidak cocok tentu tidak akan tumbuh dengan maksimal.
Setidaknya ada 3 gaya belajar anak. Pertama, gaya auditori (pendengaran) di mana anak lebih suka belajar dengan cara mendengarkan, menghafal, dan membaca. Kedua, ada gaya visual (melihat), di mana anak lebih mudah ingat dengan cara melihat. Dengan cara sekolah nantinya anak juga kan di nilai oleh gurunya melalui Map Ijazah.
Misalnya saat membaca bukunya ditandai dengan stabilo, bikin mind map, itu akan lebih mudah baginya.
Ketiga, ada gaya belajar kinestetik (gerak), yaitu proses belajar yang membutuhkan banyak gerak, semisal pelajaran olahraga dan percobaan-percobaan sains.
3. Kesiapan Anak
Yang tak kalah penting adalah mempersiapkan si kecil untuk sekolah, pasalnya tidak sedikit anak yang mengalami separation anxiety ketika mulai sekolah. Sehingga dari jauh-jauh hari, sebaiknya orangtua mulai memperkenalkan anak bahwa ia akan sekolah.
Hal lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan mulai melatih anak bermain sendiri tanpa didampingi orangtua, misalnya satu jam dalam sehari. Setiap anak memiliki kesiapan mental yang berbeda, sebaiknya orang tua tidak memaksakan anak sekolah jika memang belum siap.